1. OBSERVASI
Kami
melakukan observasi di SMA Cahaya selama 2 hari. Observasi pertama yang
dilakukan oleh kelompok kami adalah pada tanggal 03 Maret 2014. Pada hari
pertama, kami melihat bagaimana sistem pengajaran guru di kelas XI IPS1. Kami
juga melihat bagaimana sikap murid terhadap guru yang sedang menjelaskan
pelajaran di depan kelas. Kemudian pada keesokan harinya, yaitu tanggal 04
Maret 2014, kami melakukan observasi pada setting lokasi sekolah secara
menyeluruh.
2. LOKASI
SMA
Cahaya : Jl. Hayam Wuruk No. 11 Medan
3. WAKTU
Senin,
03 Maret 2014 pukul 11.00-11.30
Selasa,
04 Maret 2014 pukul 11.30-12.30
4. HASIL OBSERVASI
Dari
observasi mengenai dinamika pembelajaran di kelas, kelompok kami melihat bahwa
dinamika pembelajaran antara siswa dan guru berjalan dengan baik. Banyak
interaksi antara guru dan siswa. Guru sangat serius dalam mengajar dan
terkadang guru menyelinginya dengan bercandaan untuk mencairkan suasana. Agar
materi mudah dipahami oleh murid-muridnya, guru memberi contoh yang nyata
pada murid. Guru melibatkan murid pada
proses pengajarannya. Misalnya, guru memberi contoh di papan tulis dan
memanggil 1 orang siswa untuk menyelesaikan soal tersebut. Kemudian guru
memberikan soal latihan kepada semua murid supaya guru mengetahui apakah
muridnya sudah benar-benar mengerti atau belum mengerti. Untuk murid yang belum
begitu mengerti, guru memberikan waktu kepada murid yang digunakan untuk
bertanya kepada teman yang lebih mengerti (kerja kelompok). Sehingga murid akan
menjadi lebih aktif. Guru juga berjalan untuk memperhatikan murid-muridnya dan
membantu murid yang mengalami kesukaran dalam menyelesaikan soal-soal.
Cara
berbicara guru sangat jelas dan tegas dalam
menyalurkan materi kepada muridnya. Guru juga dapat berkomunikasi dengan
baik kepada murid-muridnya. Sehingga materi dapat tersalurkan denga baik kepada
muridnya. Guru memakai bahasa yang mudah dimengerti. Sehingga proses pengajaran
berjalan cukup baik.
Sorot
tatap mata guru tajam kepada murid-muridnya yang berarti guru sangat antusias
dalam proses mengajar sehingga murid terlihat sangat menangkap materi yang
diberikan oleh gurunya.
Body
language guru terlihat sangat memperkuat pengaruh komunikasi antara guru dengan
murid. Guru terlihat menekankan suatu pesan dalam body languagenya. Contohnya:
ketika guru membuat sebuah contoh kepada muridnya, maka dia langsung
mempraktekkan apa yang sedang beliau jelaskan.
5.ANALISIS SINGKAT DENGAN TEORI BELAJAR
- Pengetahuan dan Keahlian Profesional
- Penguasaan Materi Pelajaran.
Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan
mengajar yang baik. Guru juga harus mempunyai strategi pengajaran yang didukung
oleh metode penetapan tujuan, rancangan pelajaran, dan manajemen kelas. Mereka
juga memahami cara menggunakan teknologi yang tepat guna di dalam kelas. Di
kelas yang kami observasi, guru yang mengajar sudah menguasai materi pelajaran
dengan baik dan sangat bagus dalam menyalurkan materinya. Tetapi, di dalam
kelas belum ada teknologi yang mendukung proses pembelajaran, seperti layar
proyektor. Namun, murid-murid tetap bersemangat dalam menerima materi yang
diberikan oleh guru.
2. Strategi Pengajaran
Dalam
strategi pengajaran terdapat prinsip konstruktivisme yang merupakan inti
dari filsafat pendidikan William James dan John Dewey. Konstruktivisme menekankan
agar individu dapat secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan
pemahaman. Konstruktivisme juga menekankan pada kolaborasi anak-anak untuk
saling bekerja sama supaya dapat mengetahui dan memahami pelajaran. Berdasarkan
observasi kelompok kami, guru yang di dalam kelas menggunakan prinsip
konstruktivisme, di mana guru mendorong anak untuk berpikir secara kritis.
Murid-murid diberikan soal latihan dan guru membiarkan murid mencari jawaban
atas soal yang telah diberikan dengan membentuk kelompok. Mereka dituntut untuk
menjadi lebih aktif dan dapat memecahkan soal tersebut.
3. Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan
Instruksional
Guru
harus menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan
itu. Dalam menyusun rencana, guru memikirkan tentang cara agar pelajaran bisa
menantang sekaligus menarik. Dalam kelas, dapat dilihat bahwa guru menyuruh 1
orang murid untuk menyelesaikan soal di depan. Dengan begini, murid akan
tertantang untukk menyelesaikan soal tersebut. Tetapi murid yang di depan
kurang mengerti bagaimana harus menjawab soal matematika tersebut. Sehingga
akhirnya guru membantu menjelaskan kepada murid yang di depan sekaligus
melakukan interaksi dengan murid-murid yang duduk di bangku. Tujuan dari guru
adalah supaya murid tersebut dapat meraih hasil maksimal dari kegiatan
belajarnya.
4. Keahlian Manajemen Kelas
Aspek
penting lain untuk menjadi guru yang efektif adalah mampu menjaga kelas tetap
aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru juga harus
membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif. Dalam kelas yang
kami observasi, guru sudah memiliki keahlian manajemen dalam kelas. Terkadang
guru akan mendiamkan murid jika ada yang berbicara. Suasana kelas lumayan
kondusif karena mereka cukup mendengarkan dan memerhatikan guru dengan seksama.
Guru juga aktif berinteraksi kepada murid-murid, sehingga mereka tetap aktif
bersama. Tetapi suasana mulai sedikit ribut ketika sudah dibentuk kelompok. Hal
tersebut lumayan wajar, karena jika dibentuk kelompok maka murid-murid akan
menerima dan ikut berbicara dan bertanya mengenai bagian mana yang belum dipahami. Guru juga memonitoring
dalam kerja kelompok tersebut.
5. Keahlian Motivasional
Guru
yang efektif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar.
Dalam kelas yang diobservasi, guru memotivasi murid dengan terus memberikan
soal-soal yang baru dan sulit. Jadi dengan demikian, murid akan termotivasi
untuk memecahkan soal tersebut meskipun mendapatkan soal yang baru dan sulit.
6. Keahlian Komunikasi
Guru
yang efektif juga bekerja untuk meningkatkan keahlian komunikasi dengan murid.
Dalam observasi kami, ini dapat dilihat ketika guru menyalurkan materi kepada
murid-muridnya. Komunikasi menjadi hal yang penting. Karena dengan komunikasi
yang bagus, murid dapat dengan mudah mencerna apa yang disampaikan oleh gurunya
dan murid juga mengerti sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam materi yang
telah disampaikan tersebut.
- TEORI PIAGET
Murid-murid sudah menggunakan tahap operasional formal. Pada pemikiran ini,
remaja akan berpikir lebih abstrak, idealistis, dan logis. Hal ini
terlihat dari segi murid mengerjakan soal tersebut. Murid sudah bisa berpikir
rumus mana yang cocok untuk digunakan dalam mengerjakan soal tersebut. Murid
juga sudah bisa membedakan rumus yang berbeda-beda dengan penggunaannya.
Kemudian, murid akan mengevaluasi rumus tersebut dengan membuat
kerangka-kerangka dari rumus tersebut. Ketika sudah mendapatkan jawaban dari
soal tersebut, maka murid akan diminta untuk menginterpretasikan data tersebut.
- TEORI LEV VYGOTSKY
- Gunakan zone of proximal development
Mengajar harus dimulai pada batas atas zona, di mana murid mampu untuk mencapai
tujuan dengan kerja sama erat dengan pengajar. Pada kelas
yang kami observasi, guru sudah menggunakan ZPD. Hal ini terlihat pada saat pelajaran diberikan,
dengan penjelasan berulang-ulang yang dijelaskan oleh guru, murid akan
mengorganisasikan dan menguasai urutan-urutan dalam mengerjakan soal matematika
tersebut.
2. Gunakan teknik scaffolding
Scaffolding adalah teknik untuk mengubah bantuan level untuk belajar.
Hal ini juga di terapkan oleh guru matematika tersebut. Guru mengawasi murid
yang sedang mengerjakan soal, jika murid tampak ragu, maka guru akan memberikan
bantuan dan menjelaskannya kepada murid.
3.Gunakan teman sesama murid yang
lebih ahli sebagai guru.
Dalam teori Vygotsky, bukan hanya orang dewasa saja yang
penting dalam membantu murid, tetapi murid juga bisa mendapat manfaat atau
petunjuk dari teman yang lebih ahli. Hal ini juga tampak pada kelas matematika
ini. Guru membentuk kerja kelompok untuk para murid dalam membuat tugas. Di
mana murid saling bertanya kepada murid lain yang lebih mengerti dari mereka.
4. Dorong
pembelajaran kolaboratif dan sadari bahwa pembelajaran melibatkan suatu
komunitas orang yang belajar.
Anak tidak belajar sendiri. Melainkan bekerja sama dalam komunitas pelajar. Hal
ini dapat dilihat dari kerja kelompok yang dibentuk. Mereka bekerja sama dalam
memecahkan pertanyaan yang diberikan oleh guru.
- PANDANGAN SIEGLER
Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik
dari pendekatan pemrosesan informasi, yaitu : proses berpikir, mekanisme
pengubah, dan modifikasi diri.
1.
Pemikiran
Menurut pandangan Siegler, berpikir
adalah pemrosesan informasi. Siegler menyatakan bahwa ketika anak merasakan,
melakukan penyandian, mempresentasikan, dan menyimpan informasi dari dunia
sekelilingnya, mereka sedang melakukan proses berpikir. Dalam observasi, kami
melihat bahwa semua murid-murid di kelas menggunakan proses pemikiran ini. Hal
ini terlihat jelas sejak proses pengajaran berlangsung. Setiap murid yang
menerima pelajaran pasti akan menyimpan pelajaran tersebut di dalam memori
dengan melakukan pengkodean (penyandian) terlebih dahulu. Apabila murid bingung
terhadap materi yang diajarkan, berarti murid sedang melakukan proses berpikir.
Guru akan menjelaskan sampai mereka benar-benar mengerti mengenai materi
tersebut.
2. Mekanisme
Pengubah
Ada mekanisme yang
bekerja sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak:
- Encoding (penyandian)
Encoding adalah proses memasukkan
informasi ke dalam memori. Dalam observasi kelas matematika, murid melakukan
penyandian terhadap materi-materi yang baru diajarkan. Misalnya dalam segi
rumus. Murid akan membuat penyandian terhadap rumus. Sehingga murid mengetahui
kapan rumus tersebut dapat digunakan pada soal yang tepat.
- Otomatisitas
Otomatisitas adalah kemampuan untuk
memproses informasi dengan sedikit. Dalam kelas matematika tersebut,
murid-murid tidak mungkin memproses infomasi dengan sedikit. Karena dalam pelajaran
matematika diperlukan informasi yang banyak supaya dapat lebih memahami
materinya dan supaya tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan rumus.
- Konstruksi Strategi
Konstruksi strategi adalah penemuan
prosedur baru untuk memproses informasi. Siegler mengatakan bahwa anak perlu
menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengoordinasikan informasi
tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah.
Pada kelas matematika, murid-murid memakai konstruksi strategi dalam menjawab
pertanyaan yang di berikan oleh guru. Di mana murid menggabungkan pengetahuan
yang baru didapat dengan pengetahuan yang sudah didapat sebelumnya. Sehingga
murid dapat menyelesaikan pertanyaan tersebut dengan menggunakan pengetahuan
yang telah digabung tersebut. Seperti yang dilakukan oleh guru matematika, guru
mengulang kembali pelajaran dari kelas sebelumnya, supaya murid-murid tetap
meningat dan supaya mereka mengetahui bahwa dalam pelajaran tersebut masih
berkaitan dengan materi dari kelas sebelumnya.
- Generalisasi
Anak perlu melakukan generalisasi,
atau mengaplikasikan, strategi pada problem lain. Pada pertanyaan yang baru dan
sulit murid akan menyusun strategi untuk memecahkan pertanyaan dalam kondisi
yang baru.
3. Modifikasi Diri
Mereka menggunakan
pengetahuan dan strategi yang telah
mereka pelajari untuk menyesuaikan respons pada situasi pembelajaran yang baru.
Dalam kelas matematika tersebut, murid-murid menggunakaan pengetahuan yang
telah dimiliki dan menyesuaikan pengetahuan tersebut dengan bentuk pertanyaan
yang diberikan oleh guru. Setiap pengetahuan akan diproses dan dari proses
tersebut, murid akan mendapatkan solusi yang tepat untuk memecahkan pertanyaan
tersebut.
6. KESIMPULAN
Dari
hasil observasi kelompok kami, kami dapat melihat bahwa proses pengajaran
lumayan bagus. Guru tidak hanya fokus pada murid yang di depan, tetapi guru
aktif dan menguasai kelas dengan baik. Sehingga murid yang duduk di belakang
juga aktif mengikuti pembelajaran. Guru
terlihat mengulangi pelajaran kelas X untuk mengingatkan muridnya bahwa
pelajaran tersebut ada kaitannya. Dan pembelajaran yang dipakai guru tersebut
memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya pada murid lainnya yang lebih
mengerti untuk menyelesaikan soal-soal yang dianggap sukar (kerja kelompok).
Sehingga murid dapat berperan aktif secara bersama. Interaksi antara guru dan
murid juga terus dipakai agar tidak terjadinya kecanggungan antara guru dan
siswa. Memang di dalam kelas tidak terdapat proyektor untuk mendukung proses
pengajaran. Tetapi hal tersebut tidak menjadi hambatan kepada muridnya. Semua
murid tetap antusias mendengarkan guru yang sedang menjelaskan di depan kelas.
Menurut kelompok kami, fasilitas sekolah lumayan lengkap. Karena terdiri dari
beberapa laboratorium yang mendukung proses pembelajaran murid. Misalnya
laboratorium komputer. Lab komputer tersebut sangat mendukung karena murid
dapat mempelajari teknologi dengan mendapatkan informasi yang terupdate.
7.TESTIMONI KELOMPOK
Evelyn
Observasi
ini lumayan seru dan membutuhkan perjuangan. Persiapan sangat dibutuhkan dalam
melakukan observasi. Kelompok kami agak sedikit bingung dikarenakan adanya
anggota kelompok yang tidak mau ikut berpendapat. Pada saat mau melakukan observasi,
kami agak susah untuk mengatur waktunya, karena adanya jadwal yang tidak cocok
dengan anggota lain. Namun pada akhirnya, kami dapat melakukan observasi
tersebut. Banyak rintangan dari observasi ini, salah satunya adalah persiapan
kelompok belum begitu matang dan terjadi perbedaan pendapat. Tetapi
mendengarkan pendapat yang lebih cocok dengan situasi tersebut sangat menjadi
hal yang penting. Kami lebih belajar untuk mendengarkan dan menghargai pendapat
orang lain. Pembelajaran dan pengajaran di sekolah tersebut berjalan dengan
bagus. Penyampaian materi sangat mudah dicerna oleh murid-muridnya, karena pada
saat pengajaran, guru memakai contoh yang mudah dan dipahami oleh semua murid.
Tentunya observasi ini sangat menambah pengalaman dan pengetahuan saya dalam
bidang psikologi pendidikan ini.
Fariz Hafizhan
Tugas
yang diberikan Ibu sangat baik untuk pengetahuan kami untuk ke depannya. Pada
awal mau melakukan observasi, kami terlebih dahulu menentukan sekolah mana yang
akan kami observasi. Kemudian kami sekelompok menentukan untuk observasi ke SMA
Cahaya Medan. Kemudian kami meminta izin terlebih dahulu kepada pihak sekolah
untuk melakukan observasi. Setelah diizinkan masuk untuk observasi, kami
sekelompok membagi tugas ke masing-masing anggota hingga sampai selesainya
observasi. Menurut saya, observasi yang kami lakukan sangat menarik dan
bermanfaat bagi kami di dalam ruang lingkup psikologi pendidikan. Terima kasih
bu, atas tugas yang telah diberikan kepada kami.
Aji Damadan
Cara
pengajaran pada saat observasi sangat baik, dikarenakan cara menjelaskan materi
yang dibawakan oleh guru sangat focus sehingga membuat murid semakin mengerti
mengenai apa yang dijelaskan oleh guru dan juga adanya komunikasi yang baik
antara murid dan guru. Sehingga suasana kelas semakin hidup dan lebih berwarna.
Syaila Annury
Observasi
ini cukup menambah banyak pelajaran kepada saya. Meskipun awalnya sangatlah
sulit untuk mendapatkan izin dari sekolah tersebut. Di sekolah ini, saya
mendapatkan pelajaran tentang toleransi, karena meskipun saya seorang muslimah
yang memakai jilbab, baik guru-gurunya maupun murid-murid di sekolah tersebut
tetap bersikap ramah dan sopan serta santun terhadap kehadiran saya di
tengah-tengah mereka. Di sekolah ini, saya juga melihat tenaga pendidik maupun
muridnya sangatlah akrab seperti tidak ada jarak di antara mereka. Murid di
kelas yang kami jadikan penelitian menunjukkan respon yang cukup baik. Mereka
belajar sangat serius tetapi santai, cara belajarnya sangat asyik, karena
meskipun diberikan materi dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, mereka tetap
aktif belajar, guru juga sesekali memberikan candaan sebagai selingan. Menurut
saya, observasi psikologi pendidikan ini sangat seru. Karena banyak pelajaran
yang dapat diambil.
Malindo Agnes
Observasi
yang kami lakukan mengenai cara mengajar guru berjalan dengan baik. Pelajaran
yang disampaikan oleh guru kepada murid dapat diterima dan ditangkap dengan
baik oleh murid. Tujuan guru pun tercapai, yaitu murid-muridnya berhasil
mengenal dan memakai konsep yang diajarkan oleh guru. Kerja kelompok yang
dibentuk sangat membantu cara belajar murid, karena dengan begitu murid akan
lebih aktif.